Literasi Finansial di Bangku SMA: Bekal Penting Sebelum Mengelola Keuangan Pribadi Pertama Kali

Memasuki masa dewasa muda, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) akan segera menghadapi tanggung jawab mengelola keuangan pribadi, baik itu dana saku, pendapatan paruh waktu, maupun beasiswa kuliah. Oleh karena itu, membekali mereka dengan Literasi Finansial yang kuat saat masih di bangku sekolah adalah investasi krusial. Literasi Finansial mencakup pemahaman tentang konsep dasar seperti menabung, berinvestasi, mengelola utang, dan membuat anggaran. Sayangnya, materi ini sering diabaikan dalam kurikulum formal, padahal data Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2024 menunjukkan tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia usia 18-24 tahun masih berada di bawah rata-rata nasional. Kesenjangan pengetahuan ini harus dijembatani sejak dini di tingkat SMA.

Pentingnya Literasi Finansial semakin meningkat seiring dengan kemudahan akses terhadap produk keuangan digital. Siswa SMA kini terpapar pada berbagai platform investasi dan pinjaman online yang agresif. Tanpa pengetahuan dasar tentang risiko dan imbal hasil, mereka rentan terhadap keputusan finansial yang merugikan. Oleh karena itu, sekolah dapat mengintegrasikan modul Literasi Finansial ke dalam mata pelajaran Ekonomi atau Kewirausahaan. Modul ini harus fokus pada praktik, misalnya simulasi pembuatan anggaran bulanan pribadi, membandingkan suku bunga tabungan dan pinjaman, serta mengenali ciri-ciri investasi ilegal (scam). Di beberapa SMA yang progresif, program ini bahkan diwajibkan sebagai Proyek Akhir kelas 12.

Implementasi yang efektif dari Literasi Finansial harus mencakup kerja sama dengan praktisi. Sekolah dapat mengundang pakar keuangan bersertifikat atau financial planner untuk memberikan workshop interaktif. Misalnya, mengadakan sesi workshop bertema "Pengenalan Dasar Saham dan Reksadana" setiap hari Sabtu di awal bulan, dimulai pukul 09.00 WIB. Tujuannya adalah untuk mendemistifikasi dunia investasi yang sering dianggap terlalu kompleks. Selain itu, aspek krusial lainnya adalah pemahaman tentang kredit dan utang. Siswa perlu diajarkan bahwa meskipun mereka belum bisa mengambil pinjaman besar, kebiasaan buruk dalam menggunakan layanan pay later atau utang kecil lainnya di usia muda dapat merusak skor kredit mereka di masa depan, yang akan berdampak pada kemampuan mereka membeli rumah atau mengajukan modal usaha bertahun-tahun kemudian.

Dengan menjadikan Literasi Finansial sebagai prioritas di bangku SMA, sekolah membantu menyiapkan individu yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga mandiri secara ekonomi. Kemampuan untuk mengelola uang secara bijak adalah keterampilan hidup yang tak ternilai. Ini adalah bekal yang akan digunakan siswa setiap hari, jauh setelah mereka melupakan rumus-rumus fisika tertentu. Pemberdayaan ini tidak hanya menguntungkan individu siswa, tetapi juga memperkuat stabilitas ekonomi keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.